Sumpah pemuda dan buyarrnya nasionalisme pemuda itu sendiri
04.15
Dulu,
tepatnya 83 tahun yang lalu tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia
dengan segala perbedaan mereka berkumpul dalam satu pertemuan bersejarah.
Mereka menyatukan hati dan pikiran untuk mempersatukan bangsa Indonesia dalam
satu kedaulatan. Para pemuda ini sadar bahwa mereka selama ini telah
tercerai-berai oleh karena keinginan golongan dan keinginan kelompok. Di
tanggal itulah mereka menyatukan cita-cita mulia mereka untuk membebaskan
Indonesia dari jajahan bangsa asing. Seluruh perbedaan yang meragami nusantara,
dipersatukan dalam cita-cita mulia yaitu Indonesia, oleh nasionalisme para
pemuda!
Sejak
saat itu perjuangan menggapai kemerdekaan RI terus dilakukan oleh para patriot
muda. Semangat nasionalisme atau cinta tanah air, berbangsa dan bernegara
Indonesia, yang berakhir diatas satu seruan, merdeka! Inilah kerinduan para
pemuda kala itu sampai akhirnya Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Ini
menjelaskan bahwa nasionalime dan pemuda adalah dua kunci utama kemerdekaan Indonesia.
Kemudian
mari kita telanjangi kondisi para pemuda saat ini. Kondisi riil sebagian besar
pemuda bangsa Indonesia. Di saat tokoh-tokoh pemuda 83 tahun yang lalu
berkumpul untuk membicarakan arah pergerakan pemuda, saat ini ada banyak
tokoh-tokoh pemuda berkumpul untuk membicarakan kekuasaan. Dulu mereka
mempunyai semangat nasionalisme yang tinggi untuk membela bangsa, sekarang
semangat itu hanya muncul –maaf- kalau sedang nonton timnas main bola, itupun
kalau memang penggila timnas atau kalau negara tetangga, Malaysia, sedang buat
kisruh di daerah perairan Indonesia, tiba-tiba kita menjadi seorang
nasionalisme sejati namun untuk beberapa saat saja kemudian luntur.
Tengoklah
sekolah swasta sekarang. Sudah tidak ada lagi upacara pengibaran bendera. Coba
tanyakan pemuda tetangga anda apakah masih hafal lagu Indonesia Raya? Lagu yang
untuk pertama kalinya berkumandang di tanggal bersejarah ini. Maaf kalau saya
mengatakan hari-hari besar kenegaraan hanya diperingati sebagai seremonialitas
belaka. Lalu dimana para pemuda kita?
Saya
bukan bersikap pesimis, naif, apatis dan –is lainnya. Tapi gaya hidup
Hedonisme, pragmatisme, anarkisme dan –me lainnya, nampaknya lebih menarik hati
sebagian besar pemuda saat ini ketimbang berkarya untuk kemajuan bangsa. Ada
banyak bukti. Kasus kejahatan yang dilakukan anak muda meningkat, tawuran antar
sekolah, antar kampus, seks bebas, dunia gemerlap alias dugem, narkoba, prinsip
ideologi semu dan lain sebagainya. Mengapa ini bisa terjadi? Entahlah yang
pasti ada banyak faktor
0 komentar