laporan alkalinitas
01.08
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam melakukan
pembudidayaan tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Tetapi terlebih dahulu
harus mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pemeliharan atau pembudidayaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu air
itu sendiri karena air merupakan media hidup organisme akuatik. Kualitas air
ini sangat didahulukan sebelum melakukan pembudidayaan.
Pendukung terciptanya
kondisi budidaya dalam suatu perairan ditentukan oleh beberapa parameter. Salah
satu diantaranya adalah parameter kimia. Misalnya oksigen, karbondioksida,
kesadahan, alkalinitas dan lain sebagainya. Parameter-parameter kimia ini
berkaitan dengan unsur-unsur kimia serta reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam
suatu perairan.
Salah satu parameter
kimia yang penting dalam menetralkan kandar pH dalam suatu perairan yaitu
alkalinitas. Karena unsure-unsur alkalinitas ini dapat bereaksi sebagai
penetral pH. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini akan dibahas mengenai
alkalinitas dalam air sungai dan rawa.
1.1 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum
Laboratorium mengenai alkalinitas air yaitu untuk mengetahui apa dan bagaimana
sebenarnya alkalinitas itu serta bagaimana cara perhitungannya.
Kegunaan praktikum
Laboratorium mengenai alakalinitas air yaitu untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiwa mengenai alkalinitas dan mengerti cara perhitungan alkalinitas
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sumber alkalinitas
Alkalinitas adalah
suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion karbonat dan
bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai
ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga
diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH.
Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut
relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa
lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh
komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah
melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang
terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya
diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi
(Effendi, 2003).
Air dengan alkalinitas
tinggi jarang dijumpai dalam akuakultur, penggunaan kolam semen baru memang
akan menyebabkan pH meningkat, sehingga untuk pengoprasian kolam semen
diperlukan tindakan pengisian air dan pengurasan berulang-ulang sebelum kolam
semen siap digunakan untuk budidaya. Lanjut dikatakan bahwa pemberian kapur
atau atau aliran air yang tidak baik setelah pemberian kapur dapat berakibat
alkalinitas air tinggi dan dapat bersifat fatal terhadap ikan (Irianto, 2005).
Alkali ialah zat yang
melepaskan ion hidroksil dalam air dan mempunyai pH lebih besar dari 7, antara
lain kapur (kalsium hidroksil) yang ditambahkan pada tanah untuk menetralkan
sifat asam yang berlebihan (McCahill, 1994).
2.2 Manfaat alkalinitas
Alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang
menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap
tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam
air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan
menaikan pH. Alkalinitas
biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air
dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin,
sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau
tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan
ikan adalah dengan nilai alkalinitas di atas 20 ppm. Kapasitas pem-buffer-an
alam dilengkapi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat
bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme
pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas
pem-buffer-an pH (www.purewatercare.com).
Perairan yang
mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat akan mempunyai pH
diatas netral dan dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastic. Pada
perairan tertutup, penambahan karbonat dari sel-sel kerang atau dolomite dapat
memperbaiki alkalinitas dan sistem buffer perairan itu. Penambahan sodium
bikarbdonat secara periodik juga akan menghasilkan hal yang sama (Munajat,
2003).
Menurut Kordi (2005), semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan
semakin rendah konsentrasi ion OH- dan pH >7, maka perairan
bersifat alkalis (basa). Perairan umum dengan segala aktivitas fotosintesis dan
respirasi organism yang hidup di dalamnya membentuk reaksi berantai karbonat
sebagai berikut :
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3 2H+ + CO32_
2.3
Kadar alkalinitas
Alkalinitas
adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion karbonat dan
bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai
ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan
sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH.
Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut
relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa
lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh
komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah
melebihi 500 mg/iter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang
terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya
diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi
(Effendi, 2003).
Alkalinitas
atau yang dikenal dengan total alkalinitas adalah konsentrasi total unsur
basa-basa yang terkandung dalam air dan biasannya dinyatakan dalam mg/l atau
setara dengan CaCO3. Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3)
dan karbonat (CO32-) merupakan parameter total
alkalinitas dalam air tambak. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak
sebagai buffer (penyangga) pH. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk
ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam, sehingga keadaan
pH menjadi netral.sebaliknya bila keadaan terlalu asam, ion karbonat akan
mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang
bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral. Digambarkan dalam reaksi
berikut :
HCO3- H+ + CO3P2
CO32-
+
H2O HCO32-
+ OH-
Lanjut
dikatakan bahwa untuk tumbuh optimal, pklankton menghendaki total alkalinitas
sekitar 80-120 ppm. Tambak yang diberi pengapuran alkalinitasnya mencapai
150-300 ppm. konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan
konsentrasi total kesadahan air. Di lahan, umumnya total alkalinitas mempunyai
konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan. (Kordi, 2007).
Kapasitas
air menerima protein disebut alkalinitas. Air
yang alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya
mengandung padatan terlarut yang tinggi. Alkalinitas merupakan faktor kapasitas
untuk menetralkan asam. Oleh karena kadang-kasang penambahan alkalinitas lebih
banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam (Achmad,
2004).
2.4 Dampak dan penanggulangan
2.5 Hubungan alkalinitas dengan parameter lain
Tinggi
atau rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh
parameter lain seperti pH, atau kesadahan. Di mana semakin tinggi alkalinitas,
maka kedua parameter tersebut akan mengikuti. konsentrasi total alkalinitas
sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air. Umumnya total
alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan.
Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral,
suhu, dan kekuatan ion. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai
buffer (penyangga) pH (McCahill, 1994).
Alkalinitas relatif sama jumlahnya dengan
kesadahan dalam suatu perairan. Alkalinitas juga berpengaruh terhadap pH dalam
suatu perairan. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat
dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam sehingga keadaan pH menjadi
netral.sebaliknya bila keadaan terlalu asam, ion karbonat akan mengalami
hidrolis menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang bersifat
basa, sehingga keadaan kembali netral. Perairan dengan nilai alkalinitas yang
terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya
diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi
(Achmad, 2004).
III METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek mata kuliah Limnologi tentang Alkalinitas dilaksanakan pada hari jum,at,
tanggal 11 oktober 2011, pukul 01.30 WITA sampai selesai, bertempat di
Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
3.2
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktek yaitu :
NO.
|
ALAT
|
FUNGSI
|
1.
2.
3.
4.
|
Labu
Erlenmeyer 50 – 125 ml
Gelas ukur
50 ml
Pipet tetes dan pipet skala
Karet penghisap
|
Menyimpan larutan yang dititrasi
Mengukur skala larutan
Mengambil sampel larutan
Untuk Mengisap Larutan
|
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktek yaitu :
- Indikator
Larutan PP,
- Indikator
Larutan MO (Metil Orange),
- Indikator
Larutan H2SO4.
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur kerja alkalinitas
Prosedur kerja tentang pengukuran alkalinitas
adalah sebagai berikut :
1. Mengambil air sampel 50 ml dan memberikan 5 tetes PP.
Jika tidak berwarna, maka tidak ada PP alkalinitas.
Menambahkan MO (Metil Orange). Langkah berikut, dititrasi dengan larutan H2SO4
dari warna kuning sampai warna orange. Kemudian
menghitung larutan H2SO4 yang digunakan (B).
2.
Apabila berwarna, maka langsung
dititrasi dengan larutan H2SO4 sampai berwarna kuning.
Lalu menghitung larutan H2SO4 yang digunakan (P).
3.
Memasukkan MO (metil Orange), lalu
dititrasi dengan larutan H2SO4 sampai warna orange.
Menghitung larutan H2SO4 yang digunakan (B).
3.3.2 Prosedur kerja suhu
3.3.3 Prosdur kerja
pH
3.4
Analisa Data
Perhitungan
:
PP alkalinity = mg/l CaCO3
PP alkalinity = mg/l CaCO3
Keterangan : P =
volume peniter (H2SO4 ml)
B = volume
peniter (H2SO4 ml)
N = normalitas
peniter (H2SO4 0,02 ml)
V = volume
air sampel
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan perhitungan alkalinitas pada
air sungai dan air rawa maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Grafik 1. Kadar PP Alkalinitas.
Grafik 2. Total Alkalinitas.
4.2 Pembahasan
Dalam perairan, alkalinitas terdapat secara
alami sebagai faktor kimia. Artinya pada setiap perairan pasti terdapat alkalinitasnya
baik tinggi ataupun rendah. Menurut Effendi
(2003), alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan
jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah
pada perairan tawar. Kemudian menurut Kordi dan Tancung
(2007), bahwa ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3) dan
karbonat (CO32-) merupakan parameter total alkalinitas.
Alkalinitas relatif sama jumlahnya
dengan kesadahan dalam suatu perairan. Alkalinitas juga berpengaruh terhadap pH
dalam suatu perairan. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk ion
karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam sehingga keadaan pH
menjadi netral.sebaliknya bila keadaan terlalu asam, ion karbonat akan
mengalami hidrolis menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang
bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral. Perairan dengan nilai
alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik
karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium
yang tinggi (Achmad, 2004).
Tinggi atau rendahnya
alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti
pH, atau kesadahan. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka kedua parameter
tersebut akan mengikuti. konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya
dengan konsentrasi total kesadahan air. Umumnya total alkalinitas mempunyai
konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan. Selain bergantung
pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan
kekuatan ion. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer
(penyangga) pH (McCahill, 1994).
Menurut Kordi (2005), semakin tinggi
konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion OH-
dan pH >7, maka perairan bersifat alkalis (basa). Perairan umum dengan
segala aktivitas fotosintesis dan respirasi organism yang hidup di dalamnya
membentuk reaksi berantai karbonat sebagai berikut :
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3 2H+ + CO32_
Pada hasil pengujian kadar alkalinitas diakuarium yang
ada organisme (ikan) dengan kadar alkalinitas akuarium yang tidak ada organisme terdapat perbedaan. Dimana hasil yang diperoleh untuk akuarium
yang ada organisme yaitu total alkalinitas 1A 358, 1B 320, 11A 248, 11B 220
sedangkan akuarium yang tidak ada organisme yaitu total alkalinitas 111A 27,
111B 142, 1VA 240 1VB 390. pada akuarium yang terdapat organisme memiliki kadar
alkalinitas yang tinggi dibanding dengan alkalinitas pada akuarium yang tidak
terdapat organisme. Bila dibandingkan dengan
literatur maka menurut Efendi (2003), nilai alkalinitas alami tidak
pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Kemudian Sehingga untuk tumbuh
optimal, pklankton menghendaki total alkalinitas sekitar 80-120 ppm. Tambak yang
(www.purewatercare.com) mengatakan umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan
ikan adalah dengan nilai alkalinitas di atas 20 ppm.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan mengenai alkalinitas maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1 Air pada
akuarium A ikanya lebih besar dari akuarim B sehingga dalam praktikum mendapatkan hasil yang berbeda
karena disebabkan juga oleh suhu dan pH.
2. Di dalam akuarium A airnya masih bagus dan belum
terkontaminasi dengan bakteri-bakteri.
3. Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3) dan
karbonat (CO32-) merupakan parameter total alkalinitas.
Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer (penyangga) pH.
Dimana reaksi keduanya dapat menetralkan pH.
5.2 Saran
Kedisiplinan dan
kerjasama dalam pelaksanaan praktikum perlu ditingkatkan, sehingga pelaksanaan
praktikum lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R., 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi,
Yogykarta.
Afrianto dan Liviawaty, 1999. Pengendalian
Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius, Yogyakarta
Brotowidjoyo, 1999. Pengantar
Lingkungan Perairan dan Budaya Ikan. Liberty, Yogyakarta
Effendi, I., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan
Sumberdaya Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Kordi,
K.M.G.H , 2005. Budidaya ikan laut
di keramba jaring apung. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Kordi, K.M.G.H., dan A.B. Tancung, 2007. Pengelolaan
kualitas air dalam budidaya perairan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Munajat,
A., dan N.S.Budiana, 2003. Pestisida
Nabati Untuk Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Irianto, A., 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soetomo, 1990. Teknik Budidaya Ikan Windu. Sinar Baru,
Bandung.
LAMPIRAN
TABEL
HASIL PERHITUNGAN ALKALINITAS
No.
|
Kelompok
|
P
|
B
|
M
|
PP Alkali
|
Total Alkali
|
Suhu
|
pH
|
1.
|
2A
|
0,7
|
0,9
|
1,3
|
14
|
26
|
26
|
8,1
|
2.
|
3A
|
0,95
|
0,7
|
3,65
|
9,5
|
36,5
|
26
|
8,5
|
3.
|
6A
|
0,7
|
0,55
|
1,25
|
14
|
25
|
26
|
8,4
|
|
12,5
|
29,16
|
26
|
8,33
|
Kelompok
: 2A
Dik. V
= 100 ml
P = 0,7 ml
N = 0,9 ml
Peny.
= 16
mg/l CaCO3
Kelompok
: 3A
Dik. V
= 100 ml
P = 0,95 ml
N = 2,7 ml
Peny.
=
37 mg/l CaCO3
Kelompok
: 6A
Dik. V
= 100 ml
P = 0,7 ml
N = 0,55 ml
Peny.
= 13
mg/l CaCO3
LAMPIRAN
TABEL HASIL PERHITUNGAN ALKALINITAS
No.
|
Kelompok
|
P
|
B
|
M
|
PP Alkali
|
Total Alkali
|
Suhu
|
pH
|
1.
|
1B
|
1
|
5
|
6
|
10
|
60
|
26
|
8,8
|
2.
|
4B
|
7,3
|
0,9
|
8,2
|
41,1
|
82
|
26
|
8,8
|
3.
|
5B
|
5
|
3
|
8
|
50
|
80
|
26
|
8,6
|
|
23,7
|
74
|
26
|
8,73
|
Kelompok
: 1B
Dik. V
= 100 ml
P = 1 ml
N = 5 ml
Peny.
=
60 mg/l CaCO
Kelompok
: 4B
Dik. V
= 100 ml
P = 7,3 ml
N =0,9 ml
Peny.
= 82 mg/l CaCO3
Kelompok
: 5B
Dik. V
= 100 ml
P = 5 ml
N = 3 ml
Peny.
= 80 mg/l CaCO3
0 komentar